Teori Motivasi - aris sudarmawan blog

Latest

Like on Facebook

BANNER 728X90

Sabtu, 12 Maret 2011

Teori Motivasi

Teori Motivasi

Beberapa Teori tentang Motivasi adalah sebagai berikut:

1) Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Inti teori kebutuhan Maslow adalah kebutuhan tersusun dalam suatu hierarki. Kebutuhan tingkat paling rendah adalah kebutuhan fisiologis, dan kebutuhan paling tinggi adalah kebutuhan aktualisasi diri.

a) Kebutuhan Fisiologis (physiological needs). Kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, dan bebas dari rasa sakit.

b) Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan (safety and security needs). Kebutuhan untuk bebas dari ancaman, diartikan sebagai aman dari peristiwa atau lingkungan yang mengancam.

c) Kebersamaan, sosial, dan cinta (belongingness, social and love needs). Kebutuhan akan pertemanan, afiliasi, interaksi dan cinta.

d) Harga diri (ego and esteem needs). Kebutuhan akan harga diri dan rasa hormat dari orang lain.

e) Aktualisasi diri (self-actualization needs). Kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dengan secara maksimum menggunakan kemampuan, keterampilan dan potensi. (Richard and Lyman, 1991:33-42)

2) Teori ERG Alderfer

Alderfer sepakat dengan Maslow bahwa kebutuhan individu diatur dalam suatu hierarki. Akan tetapi, hierarki kebutuhan yang dia ajukan hanya melibatkan tiga rangkaian kebutuhan :

a) Eksitensi (existence needs). Kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor-faktor seperti makanan, udara, imbalan dan kondisi kerja.

b) Hubungan (relatedness needs). Kebutuhan yang dipuaskan oleh hubungan sosial dan interpersonal yang berarti.

c) Pertumbuhan (growth needs). Kebutuhan yang terpuaskan jika individu membuat kontribusi yang produktif atau kreatif.

Tiga kebutuhan Alderfer-eksistensi (existence, E), hubungan (relatedness, R ) dan pertumbuhan (growth, G) atau ERG berhubungan dengan teori milik Maslow dalam hal kebutuhan eksistensi serupa dengan kategori fisiologis dan keselamatan Maslow, kebutuhan hubungan serupa dengan kategori kebersamaan, sosial, dan cinta; dan kebutuhan pertumbuhan serupa dengan kategori harga diri dan aktualisasi diri.

3) Teori Dua-Faktor Herzberg

Herzberg mengembangkan teori isi yang dikenal sebagai teori motivasi dua-faktor. Kedua faktor tersebut disebut dissatisfier-satisfier, motivator higiene, atau faktor ekstrinsik-intrinsik, bergantung pada pembahasan dari teori. Penelitian awal yang memancing munculnya teori ini memberikan dua kesimpulan spesifik.

Pertama, adanya serangkaian kondisi ekstrinsik, konteks pekerjaan, yang menimbulkan ketidakpuasan antar karyawan ketika kondisi tersebut tidak ada. Jika kondisi tersebut ada, kondisi tersebut tidak selalu memotivasi karyawan. Kondisi ini adalah dissatisfier atau faktor higiene, karena faktor-faktor itu diperlukan untuk mempertahankan, setidaknya, suatu tingkat dari “tidak adanya ketidakpuasan.” Faktor-faktor tersebut di antaranya: (a) gaji, (b) keamanan pekerjaan, (c) kondisi kerja, (d) status, (e) prosedur perusahaan, (f) kualitas pengawasan teknis (g) Kualitas hubungan interpersonal antar rekan kerja, dengan atasan, dan dengan bawahan.

Kedua , serangkaian kondisi intrinsik-isi pekerjaan-ketika ada dalam pekerjaan, dapat membentuk motivasi yang kuat hingga dapat menghasilkan kinerja pekerjaan yang baik. Jika kondisi tersebut tidak ada, pekerjaan tidak terbukti memuaskan. Faktor-faktor dalam rangkaian ini disebut satisfier atau motivator dan beberapa diantaranya adalah: (a) pencapaian, (b) pengakuan, (c) tanggung jawab, (d) kemajuan, (e) pekerjaan itu sendiri,dan (f) kemungkinan untuk tumbuh.

4) Teori Kebutuhan-yang-Dipelajari McClelland

Mc Clelland telah mengajukan teori motivasi yang secara dekat berhubungan dengan konsep pembelajaran. Tiga dari kebutuhan ini adalah kebutuhan akan pencapaian (need for achievement, n Ach), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation, n Aff), dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power, n Pow). Ketika muncul suatu kebutuhan yang kuat di dalam diri seseorang, kebutuhan tersebut memotivasi dirinya untuk mendatangkan perilaku yang dapat mendatangkan kepuasannya. Berdasar penelitian ini dikembangkan serangkaian faktor deskriptif yang menggambarkan seseorang dengan kebutuhan yang tinggi akan pencapaian. Hal tersebut adalah :

a) Suka menerima tanggung jawab untuk memecahkan masalah,

b) Cenderung menetapkan tujuan pencapaian yang moderat dan cenderung mengambil risiko yang telah diperhitungkan,

c) Menginginkan umpan balik atas kinerja.

Kebutuhan afiliasi merefleksikan keinginan untuk berinteraksi secara sosial dengan orang. Seseorang dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi menempatkan kualitas dari hubungan pribadi sebagai hal yang paling penting, dan oleh karena itu hubungan sosial lebih didahulukan daripada penyelesaian tugas. Tema utama dari teori McClelland ini adalah bahwa kebutuhan dipelajari melalui penyesuaian dengan lingkungan seseorang.(John Ivancevich,2006:148-155)