Makalah CTL - aris sudarmawan blog

Latest

Like on Facebook

BANNER 728X90

Rabu, 06 April 2011

Makalah CTL

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta didik, pendidik/guru , manajemen pendidikan, kuriku-lum, fasilitas, proses belajar mengajar, dan lain sebagainya. Salah satu masalah yang banyak dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya banyak peserta didik yang ketika lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.

Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. ( UU Sisdiknas , 2003). Sesuai fungsi pendidikan nasional tersebut terletak juga tanggung jawab guru untuk mampu mewujudkannya melalui pelaksanaan proses pembelajaran yang mampu bermutu dan berkualitas. Salah satu strategi yang dapat dipergunakan guru untuk memperbaiki mutu dan kualitas proses pembelajaran adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning ( CTL ).

Perumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran Kontekstual (CTL) ?

2. Apa perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional ?

3. Bagaimana pola dan tahapan pembelajaran CTL di sekolah ?

4. Bagaimana aplikasi pembelajaran CTL pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS ) di Sekolah Dasar.

Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) pada pelajaran IPS

Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah :

1. Teoritis : memberikan tambahan pengetahuan kepada pembaca tentang strategi pembelajaran kontekstual ( CTL )

2. Praktis : pembaca dapat menerapkan strategi pembelajaran kontekstual (CTL) pada mata pelajaran IPS.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Pada beberapa tahun terakhir ini pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang banyak dibicarakan orang. Berbeda dengan strategi pembelajaran lainnya Contextual Teaching and Learning (CTL) yang selanjutnya oleh penulis dalam makalah ini disingkat CTL merupakan strategi yang melibatkan peserta didik secara penuh dalam proses pembelajaran. Peserta didik didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pembelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya.

Menurut Elaine B Johnson (2002) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah :

......an educational process that aims to help students see meaning in academic material they are studying by connecting academic subjects with the context of their daily lives, that is, with context of their personal, social, and cultural circumstance. To achieve this aims, the system encompasses the following eight component: making meaningful connections, doing significant work, self-regulated learning, collaborating, critical and creative thinking, nurturing the individual, reaching high standards, using authentic assesment.

Kutipan pengertian di atas menegaskan hakikat CTL yang dapat diringkas dalam 3 (tiga) kata yaitu makna, bermakna, dan dibermaknakan. Dengan merujuk pada 4 (empat) konsep kunci yang saling terkait, yaitu teaching (refleksi sistem kepribadian sang guru yang bertindak secara profesional), learning (refleksi sistem kepribadian peserta didik yang menunjukkan perilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan, instruction (sistem sosial tempat berlangsungnya mengajar dan belajar ), dan curriculum (sistem sosial yang berujung pada rencana untuk pengajaran ) maka dalam CTL guru berperan sebagai fasilitator tanpa henti (reinforcing), yakni membantu peserta didik menemukan makna (pengetahuan). Dalam penerapan CTL ada sejumlah strategi yang mesti ditempuh yaitu:

Pertama, pengajaran berbasis problem. Dengan memuculkan problem yang dihadapi bersama, peserta didik ditantang untuk berfikir kritis untuk memecahkannya. Problem seperti ini membawa makna personal dan sosial bagi peserta didik.

Kedua, menggunakan konteks yang beragam. Makna itu ada di mana-mana dalam konteks fisikal dan sosial. Guru membermaknakan pusparagam konteks (sekolah, masyarakat, tempat kerja, dan sebagainya), sehingga makna (pengetahuan) yang diperoleh peserta didik menjadi semakin berkualitas.

Ketiga, mempertimbangkan keberagaman peserta didik baik perbedaan individual dan sosial. Guru mengayomi peserta didik dan meyakini bahwa keberagaman dibermaknakan sebagai mesin penggerak untuk belajar saling menghormati dan membangun toleransi.

Keempat, memberdayakan peserta didik untuk belajar sendiri. Peserta didik dilatih untuk kritis dan kreatif dalam mencari dan menganalisis informasi dengan sedikit bantuan atau malah secara mandiri.

Kelima, belajar melalui kolaborasi, Peserta didik dibiasakan saling belajar dari dan dalam kelompok untuk berbagi pengetahuan dan menentukan fokus belajar.

Keenam, menggunakan penilaian autentik. Hal ini menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan kontekstual, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Ketujuh, mengejar standar tinggi. Standar unggul sering dipersepsikan sebagai jaminan, baik jaminan lulus, jaminan kerja, jaminan kepercayaan diri, jaminan menentukan masa depan. Hal ini perlu didengungkan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang kompetitif pada abad persaingan dewas ini (Elaine B Johnson : 2002)

Hampir serupa dengan pengertian CTL di atas. Wina Sanjaya (2006) mengemukakan bahwa Contextual Teaching and Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Dari konsep tersebut ada 3 (tiga) hal yang harus difahami. Pertama, CTL akan menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar peserta didik hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong agar peserta didik dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya peserta didik dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting agar materi yang dipelajari peserta didik tertanam erat dalam memori peserta didik, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga, CTL mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan peserta didik memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 (tujuh) asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Adapun 7 (tujuh) asas tersebut adalah :

1. Konstruktivisme, adalah proses membangun atau menyusun penge-tahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.

2. Inkuiri, adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis.

3. Bertanya (Questioning), adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dipandang sebagai refleksi keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.

4. Masyarakat Belajar ( Learning Community) adalah proses kerjasama saling memberi dan menerima. Penerapannya dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Dalam hal tertentu guru bisa mendatangkan orang-orang yang dianggap memiliki keahlian khusus untuk memberikan atau membahas masalah tertentu sesuai dengan materi pembelajaran.

5. Permodelan ( Modelling ), adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh kepada siswa, atau siswa yang telah menguasai kemampuan tertentu memberikan contoh kepada temannya di depan kelas.

6. Refleksi (reflection), adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.

7. Penilaian nyata ( authentic assessment ) adalah proses yang dilakukan dengan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian diperlukan untuk mengetahui apakah peserta didik benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar peserta didik memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.

B. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional

Terdapat beberapa perbedaan pokok antara CTL dengan pembelajaran konvensional yang berlaku selama ini. Perbedaan tersebut antara lain :

1. CTL menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional peserta didik ditempatkan sebagai obyek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.

2. Dalam pembelajaran CTL, peserta didik belajar melalui kegiatan kelompok seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional peserta didik lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.

3. Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.

4. Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman; sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.

5. Tujuan akhir proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan diri; sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tujuan akhir adalah nilai atau angka.

6. Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena menyadari perilaku itu merugikan atau tidak bermanfaat; sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tindakan atau perilaku individu di dasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau sekedar memperoleh nilai dari guru.

7. Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, sehingga setiap peserta didik bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional hal ini tidak terjadi, karena kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan di konstruksi oleh orang lain.

8. Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing; sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.

9. Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi dimana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.

10. Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain sebagainya; sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan hanya diukur dari tes.

C. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL di Sekolah

Untuk lebih memahami bagaimana mengaplikasikan CTL dalam proses pembelajaran di sekolah, maka terlebih dahulu penyusun menyam-paikan Pola pembelajaran CTL di sekolah.

Untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan guru dapat melakukan langkah pembelajaran sebagai berikut :


1. Pendahuluan

a. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.

b. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL misalnya :

1) Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah peserta didik;

2) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke obyek A, sedangkan 3 dan 4 melakukan observasi ke obyek B, dan seterusnya.

3) Melalui observasi peserta didik ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan dalam kegiatan observasi tersebut.

c. Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap peserta didik.

2. Inti

Lokasi pembelajaran : Di lapangan (Lokasi Obyek Pengamatan )

a. Peserta didik melakukan observasi ke lokasi atau obyek pengamatan sesuai dengan pembagian kelompok.

b. Peserta didik mencatat hal-hal yang mereka temukan di lokasi atau obyek pengamatan sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya ( untuk peserta didik pada tingkatan bawah dapat dibantu dalam menyiapkan alat observasi )

Lokasi pembelajaran : Di dalam Kelas

a. Peserta didik mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

b. Peserta didik melaporkan hasil diskusi

c. Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain

3. Penutup

a. Dengan bantuan guru peserta didik menyimpulkan hasil observasi.

b. Guru menugaskan peserta didik untuk membuat tulisan atau rangkuman mengenai hasil observasi mereka.

D. Aplikasi CTL Pada Mata Pelajaran IPS

Pada makalah ini penyusun mencoba menjelaskan juga tentang contoh aplikasi CTL pada mata pelajaran IPS untuk tingkat pendidikan SD kelas IV semester 2 dan tingkat pendidikan SMP/MTs kelas VII semester 1 sebagai berikut :

1. Kelas IV , semester 1

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

2.1. Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi di daerahnya.

2.2. Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

2.3. Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.

2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

Contoh langkah pembelajarannya adalah :

a. Pendahuluan

1) Guru menjelaskan standar kompetensi yang harus dicapai yaitu Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kab/kota dam prov. dan manfaat mempelajari dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.

2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL misalnya :

a) Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah peserta didik; misalnya siswa 36 dibagi dalam 6 kelompok setiap kelompok terdiri dari 6 orang.

b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke obyek aktivitas ekonomi di sekitar sekolah, sedangkan 3 dan 4 melakukan observasi ke obyek sumber daya alam dan potensi ekonomi di sekitar sekolah, kelompok 5 dan 6 melakukan observasi ke obyek koperasi di sekitar sekolah ( KUD, Koperasi Pegawai, atau Koperasi Sekolah )

c) Melalui observasi peserta didik ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan dalam kegiatan observasi yang telah ditentukan dengan mengisikannya pada format panduan yang telah disediakan guru.

3) Guru menyediakan /memberikan format panduan pengamatan sesuai dengan materi pengamatan kelompok siswa.

4) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas dan kegiatan observasi yang harus dikerjakan oleh setiap peserta didik di lingkungan obyek pengamatan tersebut.

b. Inti

Kegiatan di Lokasi (Obyek Pengamatan )

1) Peserta didik melakukan observasi ke lokasi atau obyek pengamatan sesuai dengan pembagian kelompok.

2) Peserta didik mencatat hal-hal yang mereka temukan di lokasi atau obyek pengamatan sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya ( untuk peserta didik pada tingkatan bawah dapat dibantu dalam menyiapkan alat observasi )

3) Guru mengamati kinerja masing-masing kelompok dan membimbing apabila ada kelompok yang mengalami kesulitan.

4) Guru membimbing siswa kembali ke kelas dengan tertib sesuai waktu yang ditentukan.

Kegiatan di dalam Kelas ( setelah pengamatan selesai dilakukan )

1) Peserta didik mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing (dikusi kelompok).

2) Guru memimpin pembukaan diskusi kelas dan menyampaikan peraturan dan tata tertib diskusi agar kegiatan berjalan dengan lancar dan tertib.

3) Guru mengatur jadwal waktu dan pembagian kelompok yang melaksanakan tugas presentasi hasil pengamatan.

4) Peserta didik melaporkan hasil diskusi di depan kelas

5) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain

c. Penutup

1) Dengan bantuan guru peserta didik menyimpulkan hasil observasi.

2) Guru menugaskan peserta didik untuk membuat tulisan atau rangkuman mengenai hasil observasi mereka.

2. Kelas VII , semester 1

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

3. Memahami usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan

3.1. Mendeskripsikan manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral dalam memenuhi kebutuhan.

3.2. Mengidentifikasi tindakan ekonomi berdasarkan motif dan prinsip ekonomi dalam berbagai kegiatan sehari-hari

a. Pendahuluan

1) Guru menjelaskan kompetensi “Memahami usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan” yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.

2) Guru menjelaskan pengertian manusia sebagai makhlug sosial (homo socius) dan makhlug ekonomi ( berusaha mencukupi kebutuhannya)

3) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL misalnya :

a) Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah peserta didik;

b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi di lingkungan sekitar sekolah, misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi tentang manusia sebagai makhluk sosial, sedangkan 3 dan 4 melakukan observasi tentang manusia sebagai makhlug ekonomi, kelompok 5 dan 6 mengobservai tentang motif ekonomi manusia.

c) Melalui observasi peserta didik ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan dalam kegiatan observasi tersebut.

4) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap peserta didik.

5) Guru mengamati kinerja siswa dalam kegiatan observasi untuk memastikan keberlangsungan proses pembelajaran dengan baik.

b. Inti

Lokasi pembelajaran : Di lapangan (Lokasi Obyek Pengamatan )

1) Peserta didik melakukan observasi ke lokasi atau obyek pengamatan sesuai dengan pembagian kelompok tersebut.

2) Peserta didik mencatat hal-hal yang mereka temukan di lokasi atau obyek pengamatan sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya ( untuk peserta didik pada tingkatan bawah dapat dibantu dalam menyiapkan alat observasi )

3) Peserta dapat berkonsultasi dengan guru apabila mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas observasi.

Lokasi pembelajaran : Di dalam Kelas

1) Peserta didik berkumpul dalam kelompok kecil dan mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan tugas masing-masing.

2) Peserta didik melaporkan hasil diskusi (kelompok besar) dalam kelas

3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain

4) Apabila mengalami kesulitan guru dapat menjembatani dan membantu agar terjadi interaksi antar peserta didik secara baik dan diskusi berjalan sesuai jadwal yang ditentukan.

5) Guru menilai interaksi tanya jawab dan kerjasama antar kelompok untuk menilai secara kognisi maupun afeksi siswa dalam pembelajaran.

c. Penutup

1) Dengan bantuan guru peserta didik menyimpulkan hasil observasi.

2) Guru menugaskan peserta didik untuk membuat laporan hasil pengamatan dengan sistematika laporan yang baku.

Dengan 2 (dua) contoh tersebut kita mendapatkan pemahaman bahwa CTL adalah pembelajaran tepat dan dapat diterapkan pada pelajaran IPS baik di SD maupun SMP/MTs dengan didukung kreatifitas dan kemauan guru dalam meningkatkan mutu pembelajarannya. Karena CTL menekankan pembelajaran dengan anak mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penjabaran mengenai Contextual Teaching and Learning (CTL) di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi nyata sehingga mendorong peserta didik untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka.

2. CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.

3. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan peserta didik di lapangan.

4. Ada beberapa perbedaan antara strategi pembelajaran CTL dan konvensional yang membuktikan bahwa CTL lebih efektif dan mampu menjadi alternatif pilihan strategi pembelajaran yang diterapkan guru di sekolah.

5. Diperlukan pola dan langkah pembelajaran CTL di kelas agar strategi CTL dapat diterapkan secara efektif dan sesuai materi pelajaran yang telah ditetapkan dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).

6. Strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diaplikasikan pada mata pelajaran IPS baik di tingkat pendidikan SD maupun SMP/MTs.

B. Saran

Dengan pemahaman tentang Contextual Teaching and Learning (CTL) ini diharapkan guru mata pelajaran IPS dapat menerapkan strategi ini dalam melaksanakan proses belajar mengajar (PBM) di sekolah dan dapat lebih meningkatkan kualitas maupun kuantitas penguasaan materi pelajaran IPS siswa di sekolah yang pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagaimana tujuan dan fungsi pendidikan nasional.